Senin, 12 April 2010

Pahit Sang Waktu

Berkali-kali aku ingin menulis tentang ini,tentang perasaanku.

Coretan ini ku dedikasikan buat seseorang yang senantiasa menating nadiku...

Bagaimana untuk nyatakan satu perasaanku buatmu karena selama ini aku tak pernah menyuarakannya. Jutaan kemaafan aku mohon dari mu sekiranya dlm aku meneruskan suara hatiku ini ada yg menyentuh hatimu, mengembalikan kita pd kisah pertemanan maya yg rasanya sudah lama dan panjang. Apapun niatku bukan menyalahkan dirimu tp menyadarkan aku sebagai anak yg agak nakal, mungkin.

Aku mau kau tau, bahwa aku sangat bersyukur pd Tuhan yg memberikan waktu dan kesempatan untuk aku mengenalmu. Benar sungguh,Tuhan itu menyusun perjalanan kehidupan kita dengan cantik sekali. Ada ratusan luka yang telah kita buat, ada jutaan keping rindu yang telah kita semai, ada selaksa harapan yang telah kita patri dalam satu nada namun kita akhirnya menyadari bahwa cinta itu butuh waktu, butuh penantian, butuh kesabaran yang landai demi merengkuhnya...

Aku tau bahwa banyak yang menyangsikan eksistensiku. Dengan banyaknya cemoohan dari orang2 yang tadinya berkata teman baik namun menikamkan sebilah belati ke dadaku. Banyak yang berupaya meyakinkan teman2 yang dekat denganku untuk menjauhiku, menohok dengan ucapan2 pedas setajam silet. Aku menyadari bahwa memang kadar pertemanan hanya dapat di ukur oleh seberapa kita mampu bertahan. Aku akui bahwa apa yang kita telah alami bersama adalah sesuatu yang tak bisa aku menafikannya.

Aku hanya percaya sang waktu, karena hanya dialah yang dapat memisahkan antara senja dan fatamorgana.

kau hadir ketika ku tating mimpi
ketika aku sibuk..
ketika aku jenuh
ketika aku keseorangan..tiada sesiapa
menghidupkan hatiku yang lelah
menilam aku dari hiruk pikuk maya

siapakah mampu membebat resah resah ngalir? melaut tanyaku tak berjawab resah ini makin melindap..Di pesisir pantai desah buih resah memeram sunyi. Pasir galau di pusar angin jiwa rindu natap senja. karena cuaca senja menuntun kenanganku. Bayangmu di hampar maya. rambutmu makin biru gerai, gerailah biarkan aku mabuk di situ berkendi-kendi anggur keabadian, sulingan perih air mata pantaimu tandas kureguk. tandas!

engkaupun menghafal jejak itu....pada jalan-jalan tanpa tanda....terhapus menjelma humus...


 
.....