ketika rasa berubah menyertai musim
dan ketika nanarku menyurut
akupun masih saja menikmati senja tanpamu..
mencoba memaknai jejakmu yang tertinggal.
masih disini,
di kolong senja
menghitung deretan kata demi kata yang meremah.
ada cinta, resah dan juga rindu.
tak pernah lelah menghitung tiap pendar shiluet jingga
bersama bulan perak yang hadir membawa senyummu.
wahai.. sesaat lagi malam hadir, masih tanpamu.
ada senandung suaramu hadir serupa rinai hujan.
coretan puisi itu masih kusimpan rapi,
aku selalu mengingatmu di sela malam..
merekam cerita kita serupa pualam
dan takkan kubiarkan lenyap bersama kelam.
wahai..banyak kata yang tak mampu kuucap,
kita berdua hanya bersi-sapa…
ada yang tak mampu kulupa,
aku punya serumpun puisi tentang harapan,
juga bintang gemintang.
lalu aku melukis jejak dan senyummu di pelupuk mataku
hingga embun menitik lalu kubungkus rindu
dan sekeping rasa juga asaku
pada hening dan beningnya senyap.
serta dimanapun kita
akan tetap merajut mimpi
hingga akhir sebuah musim