Kamis, 07 Januari 2010

Nadiku Getar

memulai…. entah awalnya bagaimana….
aku telah merelakan diriku menjadi gubuk
oase basah yang lindap resah
aku yakin, suatu nanti kamu akan singgah
yakin yang resah, resah yang pasrah
pasrah yang kalah, kalah yang lelah...
biar mataku dipicingkan karena ngantuk
kan ku untai balasan pesanmu dengan apa adanya
seperti taman penuh kupu-kupu
kan kukatakan padamu : kemarilah… akulah rumah rindumu.....


*********************************************

Kau seret lagi ingatan itu

Diujung sepucuk hari, diakhir rindu
Terobosi dingin malam menuju epilog
Selembar cinta yang katamu usai sudah
Namun mimpi nan julang menggigil masih tetap gelisah
Terjagalah khayal, teranglah benak
Biarkan raga kian kandas terkapar-kapar
Pahatlah lagi sepucuk cerita esok lara
Walau pena tak lagi bertinta
Tapi asa tetaplah kian beringas mengembara
dalam hati kita...

*********************************************

‘ketika senja mampir di rumahmu

dengan seikat janji dan sekeranjang cinta
yang telah terkumpul sejak awal pertemuan itu
maka di sanalah puisi kita jadi nyata”

ah, kau pasti tahu, cinta tak akan menebarkan aroma
sewangi parfum yang dijajakan di emperan toko
atau pusat perbelanjaan, tapi cinta ini,
menawarkan kebahagian sewangi parfum bagai kasturi

sesedih apapun dunia yang terlukis di kepala kita
bukan hanya menjalani malam yang selalu gelap
dan sekejam kelam
tanpa sinar menerangi setiap ruang di sudut hati
yang telah terlahir untuk kita
lalu mengukir keindahan dunia
dan lemparkan batu karang yang sempat
membuat kita tergelincir
pada gigir sunyi entah akibat dusta
atau kebohongan yang tercipta
karena sebenarnya kita ingin suci
dari rahim malam
yang terlahir untuk bersama

(pejamkan mata dan tatap siluet senja
sebab di sana aku berdiri menatapmu
dalam degup rindu yang terus memburu
ingin membuncah dengan segumpal darah di dada
mengokang kalimat dalam doa: wahai, tangan
yang mampu wujudkan mimpi, jadikanlah nyata,

maka jadilah)


 
.....