Kamis, 18 Agustus 2011

Penuh Harap


Senantiasa
Ingin ku segera pulang
Tuk membasuh segala resah
Tapi kenapa
Tak kutemui lagi oase itu
Yang ada hanya fatamorgana dan rindu
Aku tak tahu
Haruskah kucari oase yang lain ?
Aku ingin membiarkan angin bicara apa adanya
tentang kita, teman-teman kita
juga kisah kita
yang kadang lindap
Tatkala mendengar dari bisikan
angin membuai
dan waktu adalah pembaca terbaik kita
Biarkan angin yang bicara
kita ciptakan saja kincir-kincir
untuk menampungnya demi berputarnya waktu
agar kita capai cinta
agar kita gapai gelak yang utuh
Toh, masih ada titian itu
sebagai jalan lain untuk kita
meski
tawar dan melingkar
Karena
aku ingin menyentuhkan seluruh rinduku
untuk sepenggal hati yang diam
pada taman kenangan maya...
Sepertinya
terasa rindu menyergapku
saat aku bergelut
disini
dan bertumpuk berkas
dan nyala komputer
menyepatkan mataku.
sedemikian sibuk
aku terkulai di ruang.
kubunuh rindu yang didih
sebelum angan menjadi impian.
karena impian kutahu betul
seperti bara api
yang sukar dipadamkan.
selalu meminta tambahan energi
agar kuat dan memasif
sebuah rasa yang tak berujud.
bersarang di hati, mengkristal,
menjadi kepasrahan.
wahai
sedang apa kau di sana ?
mulai melakukan aktivitas
yang belum terselesaikan kemarinkah?
atau mengingat kisah-kisah
lucu yang pernah kau dengar dariku?
saat menunggu kau ada,
rindu membunuh luka.
lalu kuingat kisah itu.
kicau muraikah, atau kenari.
ku baca pesanmu dengan getar
aku terhanyut dan mencoba menyibak arti.
makna ucapmu itu
seperti menegaskan resah
insprirasi bagi puisi-puisiku...




 
.....